Senin, 04 Oktober 2010

Hati Yang Sempurna

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati terindah yanga ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah. Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata “Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?”
Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka; ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan lain yang ditempatkan disitu; naman tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongannya yang lain yang tidak rata.
Bahkan ada bagian-bagian yang dicungkil dan tidak ditutupi kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan hatinya lebih indah?
Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memprehatikan hati miliknya dan tertawa “Anda pasti bercanda, pak tua”, katanya, “bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan luka dan cabikan”.
“Ya”, kata pak tua itu,” hatimu kelihatan sangat sempurna, meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, disetiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku akan menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka uantuk menutup kembali sobekan yang kuberikan.
Namun, karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan. Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan -- memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan yang menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasih orang yang berharap, suatu ketika nanti mereka akan mengisi kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang , tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu?”
Pemuda itu berdiri membisu dan air mata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, lalu merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruh di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya.Mereka berdua kemudaian berpelukan dan berjalan beriringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar